
LABUAN BAJO, Restindo - Sembilan belas wisatawan, terdiri dari tiga belas pelancong mancanegara dan tujuh penduduk setempat, menjadi korban penipuan oleh biro perjalanan ketika mengunjungi Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada hari Senin, tanggal 3 Juni 2025.
Skandal penipuan yang dilakukan oleh para agen perjalanan terhadap wisatawan mancanegara maupun domestik telah menggores citra industri pariwisata Indonesia. Ini disayangkan karena Labuan Bajo adalah salah satu tujuan wisata utama di negri ini.
Insiden penipuan yang dialami oleh wisatawan mancanegara maupun domestik semakin memperpanjang daftar negatif industri pariwisata di Indonesia. Kepolisian serta pemerintah setempat telah mengambil tindakan terkait dengan masalah ini.
Apa urutan kejadian dari penipuan yang dilakukan terhadap wisatawan mancanegara dan dalam negeri oleh biro perjalanan itu?
Insiden penipuan yang melibatkan wisatawan mancanegara dan dalam negeri terjadi ketika mereka berniat naik kapal menuju Pulau Komodo. Wisatawan dari luar maupun dalam negri itu merancangkan perjalanan tinggal di Pulau Komodo sebentar tiga hari dua malam.
Para wisatawan telah membayarkan seluruh jumlah untuk menyewa kapal melalui biro perjalanan. Akan tetapi, ketika mereka berusaha naik ke kapal tersebut ditolak dengan alasan bahwa pembayaran sewa kapal belum diselesaikan sepenuhnya.
Terjadinya pada hari Senin, tanggal 2 Juni 2025, beberapa pelancong telah mengadakan reservasi serta menyelesaikan pembayaran seluruh tarif petualangan kepada kantor GTAT. Namun demikian, mereka tak dapat memulai perjalanannya sebab pihak kapal FSK enggan untuk melepas landas dengan penumpang tersebut,” terangkan Kepala seksi Hubungan Masyarakat dari Polres Manggarai Barat, Ipda Hery Suryana ketika disambangi konfirmasi, Selasa malam tgl 3 juni 2025.
Kemudian, pihak kapal menolak mengangkut para turis sebab agen GTAT belum melunasi uang muka atau down payment (DP) yang menjadi syaratnya.
Hery menerangkan, menurut laporannya, para wisatawan tersebut telah melunasi pembayaran kepada pihak agen GTAT sebesar Rp 101.300.000.
Dana tersebut dialokasikan untuk ekspedisi ke Pulau Komodo yang berlangsung selama tiga hari dua malam dan akan dilakukan dengan kapal FSK.
Ketika akan memulai perjalanan, lanjutnya lagi, para wisatawan diminta tahu oleh sang pemilik kapal kalau pembayaran dari biro perjalanan belum lengkap jadi mereka enggak boleh keberangkatan.
"Alasan utamanya adalah agen GTAT belum menuntaskan pembayaran uang muka sebesar Rp 80 juta dan hanya membayar Rp 24.300.000. Wisatawan tersebut setelahnya mengadukan masalah ini kepada polisi," ungkap Hery.
Apa langkah-langkah untuk menangani kasus penipuan yang dilakukan oleh agen perjalanan?
Kapal FSK beserta anggota Unit Wisata Satuan Pam Obvit Polres Manggarai Barat melakukan pencarian dan mengunjungi rumah agen GTAT guna meminta keterangan tentang rincian perjalanan serta pembayaran tambahan.
"Setelah melaksanakan proses mediasi di antara turis, biro perjalanan GTAT, serta kapal FSK, akhirnya tim kapal sepakat untuk mengirim para wisatawan menuju TN Komodo. Seluruh pengunjung telah tiba di tempat tujuan mereka," terang Herry.
Menanggapi insiden penipuan yang dialami oleh wisatawan mancanegara maupun domestik itu, Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguhan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kejadian tersebut.
"Insiden ini pasti akan memiliki dampak terhadap citra pariwisata di Labuan Bajo serta kenyamanan para pelancong yang sudah menaruh kepercayaannya untuk mengunjungi tujuan primadona tersebut," jelas Frans ketika dimintai komentar, Rabu (4/5/2025).
Pihaknya menyambut positif tindakan kapal Zada Ulla yang masih memberikan layanan perjalanan wisata secara optimal kepada para tamu pada tanggal 2 hingga 4 Juni 2025, walaupun pembayaran dari kantor perjalanan belum diselesaikan seluruhnya.
"Kami mengerti bahwa manajemen kapal sudah menjamin semua fasilitas di kapal tetap dapat dinikmati oleh para tamu tanpa ada penurunan sama sekali. Sebab sesuai dengan diskusi kita bersama tim kapal, layanan tersebut masih diberikan kepada setiap tamu," jelas Frans.
BPOLBF, melanjutkan kata-katanya, mendukung pemecahan masalah terkait pembayaran dengan cara profesional di antara pihak agen perjalanan Gratio Tour and Travel (GTAT) serta pihak kapal Zada Ulla. Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa hak dan tanggung jawab setiap pihak bisa diselesaikan sebagaimana mestinya sesuai aturan yang ada saat ini.
Mereka menyarankan kepada sektor perjalanan wisata supaya secara kolektif melaksanakan praktik usaha yang bertanggung jawab guna mempertahangkan imej pariwisata di Indonesia, lebih-lebih lagi di lokasi Labuan Bajo, tetap baik dan positif.
"Kejadian semacam itu diharapkan tidak mengurangi imej Labuan Bajo sebagai tujuan unggulan yang terus bertumbuh," tegas Frans.
Untuk semua pelancong, kami menyarankan agar senantiasa memverifikasi penggunaan jasa dari agen perjalanan yang sudah terbukti handal dan kredibel. Selain itu, pastikan ada kesepakatan tertulis di antara Anda sebagai tamu, agen perjalanan, dan penyelenggara layanan wisata seperti operator kapal.
"BPOLBF akan tetap bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti asosiasi wisatawan, pemerintahan lokal, perusahaan pers, serta pengusaha sektor pariwisata, guna mendukung manajemen yang jujur dan efektif di kawasan Labuan Bajo. Tujuannya adalah untuk menghindari insiden mirip dari terjadi lagi pada hari esok," tambahnya.
Bagaimana tanggapan wisatawan mancanegara ketika mereka ditipu?
Ruth Krisnianti Utami, wakil dari para turis yang menjadi korban penipuan, menyampaikan bahwa keluarga asal Amerika Serikat yang ikut serta dalam kunjungan mereka ke Labuan Bajo merasa sangat kecewa terkait masalah ini.
"Mereka semua merasa letdown. Sebab mereka menganggapku warga negara Indonesia, namun ternyata aku sebagai orang Indonesia juga bisa ditipu oleh sesama warganegara Indonesia," ungkap Ruth terhadap jurnalis.
Ini merupakan kunjungan pertama keluarga mereka dari Amerika ke Labuan Bajo. Namun, pengalaman yang didapatkan tidaklah menyenangkan. image Indonesia sekarang sedang tidak baik menurut pandangan keluargaku di Amerika. Mereka tidak dapat dipercayai," ujar Ruth.
Dia menginginkan agar pihak berwenang meningkatkan kualitas sistim agen perjalanan di Labuan Bajo. Terlebih lagi,Labuan Bajo telah menjadi tempat yang dikenal secara global.
"Tujuannya telah diterima secara global. Standar mereka seharusnya terkenal internasional. Tetapi bagaimana jika masyarakat Indonesia sendiri tak dapat dipercaya," ujarnya dengan rasa kecewa.
“Saya orang Indonesia tapi menikah dengan orang Amerika. Keluarga saya sendiri tidak tahu bagaimana akurnya bertemu dengan orang jujur. Bagaimana turis asing bisa percaya dengan tourism Indonesia,” sambung Ruth.