Masjid Agung Banten adalah salah satu situs sejarah yang paling berharga di Indonesia. Terletak di Banten Lama, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga saksi bisu dari kejayaan Kesultanan Banten. Dibangun pada tahun 1556 oleh Sultan Maulana Hasanuddin, Masjid Agung Banten merupakan salah satu masjid tertua di Nusantara yang masih bertahan hingga saat ini. Dengan arsitektur yang unik dan perpaduan budaya yang luar biasa, masjid ini menjadi daya tarik bagi para pengunjung dari berbagai daerah.
Sejarah Singkat Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten memiliki sejarah yang sangat kaya. Dibangun pertama kali pada tahun 1556 oleh Sultan Maulana Hasanuddin, putra pertama dari Sunan Gunung Jati, masjid ini menjadi pusat kegiatan religius dan politik di Kesultanan Banten. Pada masa itu, Banten adalah pusat perdagangan yang sangat makmur, dan masjid ini menjadi simbol kekuasaan serta ketahanan agama Islam di wilayah tersebut.
Selain itu, masjid ini juga menjadi tempat berkumpulnya para peziarah dari berbagai daerah, termasuk Jawa Barat dan Pulau Jawa lainnya. Mereka datang untuk berdoa, mengunjungi makam sultan-sultan Banten, dan menikmati keindahan arsitektur yang memadukan unsur lokal dengan pengaruh asing.
Arsitektur yang Unik dan Multikultural
Arsitektur Masjid Agung Banten adalah salah satu hal yang membuatnya sangat istimewa. Desainnya mencerminkan perpaduan budaya yang luar biasa, yaitu antara gaya Jawa, Tiongkok, Belanda, dan Eropa. Hal ini terlihat jelas dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan mercusuar, serta dinding dan tiyamah (bangunan tambahan) yang memiliki desain khas Eropa.
Beberapa elemen penting dalam arsitektur masjid ini antara lain:
- Menara: Tinggi 24 meter, menara ini dirancang oleh seorang Tionghoa bernama Cek-ban-cut. Bentuknya yang mirip mercusuar memperkuat identitas masjid sebagai pusat pengintaian dan simbol kekuasaan.
- Tiyamah: Dua lantai yang dibangun dengan gaya Belanda, dipengaruhi oleh desain Hendrik Lucaasz Cardeel, seorang warga Belanda yang masuk Islam.
- Pawestren: Aula samping yang digunakan untuk musala perempuan, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Muhammad.
- Makam Sultan: Di sekitar masjid terdapat kompleks pemakaman para sultan Banten, seperti Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar.
Perkembangan dan Pemugaran Masjid

Sejak awal berdirinya hingga tahun 1987, Masjid Agung Banten telah mengalami delapan kali pemugaran. Setiap pemugaran dilakukan untuk menjaga keutuhan struktur dan keindahan arsitektur masjid. Beberapa tahap pemugaran yang penting antara lain:
- Tahun 1923: Dilakukan oleh Dinas Purbakala.
- Tahun 1930: Penggantian tiang-tiang kayu yang rapuh.
- Tahun 1945: Perbaikan atap cungkup penghubung di kompleks pemakaman utara.
- Tahun 1966/1967: Pemugaran menara masjid.
- Tahun 1970: Pemugaran serambi bagian timur dengan dana dari Yayasan Kur'an.
- Tahun 1987: Penggantian serambi utara dan cungkup makam Sultan Hasanuddin dengan marmer.
Fasilitas dan Budaya di Sekitar Masjid

Di sekitar Masjid Agung Banten, terdapat beberapa fasilitas yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Salah satunya adalah museum kecil yang menyimpan berbagai benda peninggalan Kesultanan Banten, seperti Al-Qur'an kuno dan alat-alat perang. Museum ini cocok bagi para pecinta sejarah atau yang ingin lebih memahami konteks sejarah masjid ini.
Selain itu, suasana di sekitar masjid sangat tenang dan penuh nuansa spiritual. Banyak peziarah datang untuk berdoa dan merenung. Anak-anak pun sering kali bertanya tentang sejarah masjid ini, dan mereka akan terkesan dengan keunikan dan keindahannya.
Tips untuk Berkunjung ke Masjid Agung Banten
Jika Anda berniat mengunjungi Masjid Agung Banten, berikut beberapa tips yang mungkin berguna:
- Waktu Kunjungan: Masjid ini buka setiap hari, namun waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari agar suasana lebih tenang dan nyaman.
- Pakaian: Pastikan untuk memakai pakaian yang sopan, terutama jika Anda ingin masuk ke dalam masjid.
- Fasilitas: Terdapat area parkir, toko suvenir, dan kafe kecil di dekat masjid.
- Kamera: Jangan lupa membawa kamera karena banyak sudut yang menarik untuk diabadikan, termasuk menara dan kompleks pemakaman.
Kesimpulan
Masjid Agung Banten adalah lebih dari sekadar tempat ibadah. Ia adalah simbol kejayaan Kesultanan Banten, perpaduan budaya yang luar biasa, dan saksi bisu sejarah yang masih hidup. Dengan arsitektur yang unik dan makam sultan yang megah, masjid ini menjadi destinasi yang wajib dikunjungi oleh siapa saja yang tertarik dengan sejarah dan budaya Indonesia.
Bagi wisatawan yang mencari pengalaman religius dan sejarah, Masjid Agung Banten adalah pilihan yang sempurna. Dengan keindahan yang menarik dan keunikan yang luar biasa, masjid ini akan meninggalkan kesan mendalam di hati para pengunjung.